Sawatdii Kha? Sabaidii Rew Kha? (Hello! How Are You?)- Part 2
Gw udah kembali lagi ke
Chiang Mai. Foto di sebelah ini adalah gw lagi naik Tuk Tuk. Anginnya kencang banget sampai rambut gw jadi kek gitu hehehe.
Seperti yang gw ceritain pada posting sebelumnya, dari hari Sabtu sampai siang tadi gw ke
Mae Sot, kota kecil di perbatasan
Thailand-Myanmar. Udaranya di sana kalau malam tuh dingin banget, pagi-pagi juga. Tapi kalau siang dan sore, panasnya gila-gilaan. Dan payahnya gw lupa bawa topi, jadi deh muka gw merah kek kepiting rebus katanya hehehe.
Eh sebelum gw lupa, posting sebelumnya gw janjiin untuk nampilin dua dari tiga jenis kendaraan umum di Thailand :) Nah sebelah kanan ini. Tampak agak depan itu yang namanya
Tuk Tuk dan yang di belakang dan merah itu yang namanya
Rot Daeng. Kalau bingung penjelasannya, baca aja posting sebelumnya dulu :)
Ok, lanjut..
Berangkat dari
Chiang Mai jam 13.10 menuju
Mae Sot, dengan perjalanan 6 jam. Jadi gw tiba sudah jam 7 malam gitu, nginep di
Rujira Bed & Breakfast. Malam itu istirahat, besok paginya mulai deh jalan. Gw berkunjung ke beberapa sekolah-sekolah sambil bantuin jadi tenaga kesehatan buat yang membutuhkan.
Kasihan banget sekolah-sekolah di pojok Thailand. Ternyata sama juga dengan di pojok Indonesia. Sekolah yang seadanya terbuat dari anyaman bambu, yang sekali disapu angin keras langsung terbang tuh. Orang-orang yang nggak tau tentang
how to brush your teeth.. Trenyuh jadinya..
Setelah jam 2-an gitu gw dan beberapa teman iseng pengen ke perbatasan
Thailand-Myanmar. Pengen tau kek gimana sih yang dibilang perbatasan via darat ini (norak banget ya) hihi.. Sekalian juga pengen ada cap imigrasi dari negara
Myanmar di paspor. Kan jarang-jarang tuh bisa ke sana lagi :D
Mendengar kata perbatasan, gw pikir kita akan jalan di hutan-hutan menuju negara tetangga Thailand ini. Tapi ternyata tidak. Pada perbatasan ini, Myanmar dan Thailand dipisahkan oleh sebuah sungai yang cukup jauh untuk direnangi (
foto di sebelah itu memperlihatkan sebelah kiri adalah Thailand dan sebelah kanan adalah Myanmar). Dan sebagai fasilitas untuk melintasi sungai ini kedua negara ini dihubungkan dengan jembatan tol yang sangat panjang (
it takes 5 minutes to walk fast). Di ujung kedua jembatan ada kantor imigrasi, dan kita harus menyerahkan paspor untuk distempel-stempel lagi. Yah gitu deh, urusan keimigrasian :D
Untuk masuk
Myanmar, tidak dibutuhkan visa tertentu, dengan syarat kita hanya bisa satu hari hingga pukul 17.00 di dalam negara itu dan kembali ke Thailand. Lebih dari itu harus
apply visa.
Setelah urusan keimigrasian, maka dimulailah
long walk to Myanmar. Melintasi jembatan yang paaaanjangg dengan udara yang sangat paaanaaass.. walah walah. Tiba di ujungnya kembali lagi dengan urusan keimigrasian.
Myanmar itu juga dikenal dengan
Burma. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Pyinmana pada tanggal 7 November 2005. Selain tetanggaan dengan Thailand, Myanmar juga tetanggaan dengan India.
Pengaruh India pada Myanmar besar sekali. Tulisannya aja dah murip-mirip tulisan India. Orang-orangnya juga. Dan katanya, semakin ke barat, semakin mirip orang India. Gw punya foto-fotonya tapi lupa diupload ke pen drive :P
Foto di atas itu, contoh wanita Myanmar. Mereka pakai semacam bedak (tapi bukan bedak) di mukanya. Itu untuk mempercantik diri katanya. Mereka meyakini kalau mereka pakai gitu mereka akan semakin cantik :D Yang di bawah adalah foto plat nomor mobil di Myanmar. Ga tau apa artinya tapi tulisannya aneh :D
Oh iya ini gw ada foto dengan wanita Thailand (yang baju putih) yang jadi kepala koki di Rujira Bed & Breakfast tempat gw nginep. Coba tebak, dia cewek beneran atau cowok jadi cewek? :D
Oke segitu dulu aja.
Besok gw udah terbang balik ke
Singapore untuk nemenin nyokap gw check-up kesehatan di sana. Di
Mount Elizabeth Hospital, Orchard.
C u around.. Moga-moga bisa ketemu ama teman-teman
blogfam yang di Singapore :)